Indonesia akan membeli 100 buah kereta kebal jenis Leopard dari Belanda pada harga hanya USD 280 juta. Pada mulanya mereka menganggarkan mereka hanya dapat beli 44 buah dengan harga USD 280 juta. Akan tetapi apabila mereka menghantar kumpulan khas untuk berunding terus tanpa orang tengah, tanpa broker mereka dapat membeli 100 buah dengan harga yang sama. Menarik sekali temubual di bawah apabila mereka mengatakan mereka boleh senang-senang untung atas angin USD 140 juta tetapi ianya adalah satu sikap durhaka kepada negara.
12 Desember 2011, Jakarta (TEMPO.CO)
KASAD: Indonesia Beli 100 Leopard Eks-Belanda
Anggaran yang sudah disetujui parlemen untuk pembelian senjata selama tiga tahun ke depan Rp 14 triliun. Sebagian uang itu—US$ 280 juta (Rp 2,5 triliun) akan dibelikan seratus tank tempur (main battle tank) Leopard 2A6 buatan Jerman.
Tank kan macam-macam, ada Abrams dari Amerika, ada Leclerc dari Prancis, ada dari Rusia. Kenapa Angtan Darat memilih yang dari Jerman?
Wakil Kasad Letjen Budiman: "Sebenarnya Leopard adalah tank terbaik di dunia, Abrams kalah. Saya pernah bawa Abrams waktu sekolah di Amerika. Leopard dari segi efisiensi bahan bakar, kelincahan manuver, ini terbaik.
Budiman menjelaskan bahwa harga Leopard 2 yang baru amat mahal, "Kita tidak mampu membelinya." Indonesia lalu membeli tank Leopard 2A6 bekas milik Belanda. Mereka akan melepas 150 Leopard buatan tahun 2003 itu. "Tank ini tidak pernah dipakai perang, tidak pernah dipakai latihan besar-besaran. Itu dalam garasi yang sangat terpelihara.
Permintaan mereka: bersedia G to G (antar pemerintah, tanpa perantara)? Saya bilang ya. Bersedia tidak ada fee dan uang apa-apa? Saya bilang ya. Oke, kalau you bersedia, ini harga yang saya tawarkan."
Jadi awalnya itu kami mengajukan anggaran untuk 44 unit dengan harga US$ 280 juta. Kami laporkan kepada pemerintah, dialokasikan. Ternyata, setelah tim ini kembali, kami dapat 100. Wah, kita kayak ketiban rejeki, bukan ketiban duren. Kenapa tidak? Ya kan enggak salah toh kami.
Bisa bayangkan, kalau dengan US$ 280 juta saya bisa membeli tank yang jumlahnya dua kali lipat, berarti kan keuntungan US$ 140 juta, Rp 1,3 triliun.
Wah, saya beli apa saja bisa. Tapi kan saya jadinya durhaka. Enggak, enggak, enggak boleh begitu. Jadi ini betul betul bebas broker? Bebas sama sekali. Antar pemerintah. Kenapa Wakasad yang memimpin tim pembelian?
Bukan saya tidak percaya orang lain, seperti Asisten Perencanaan dan Asisten Logistik. Ini karena kebijakannya bersifat sangat strategis. Sehingga harus wakasad yang memimpin. Saya yang menentukan kebijakan di belakang, supaya tidak terkontaminasi.
Tapi sebenarnya semua itu ada hitungannya. Jadi begini, kami semua di Angkatan Darat sepakat, untuk membangun TNI itu tidak murah, karena dana negara juga tidak banyak. Kami sepakat, ketika kita sudah diberi pangkat, remunerasi (penambahan gaji), semua penyimpangan itu harus dihilangkan. Sekarang yang ada hanyalah pengabdian.
Tidak boleh lagi mengambil dari negara, karena negara sudah memberi. Untuk peralatan lain juga begitu? Artinya, seluruh kegiatan pengadaan alutista tanpa broker? Kita usahakan.
Bagaimana dengan perawatannya? Kalau nanti kita butuh spare part, kan harus berhubungan dengan broker lagi? Nah, ini kebijakan saya juga. Niatkan, 30 persen belikan spare part. Tiga tahun, empat tahun, lima tahun, ndak mikir aku.
Sebenarnya sudah ada aturan kalau membeli barang, 30 persen sisakan untuk suku cadang. Tapi, selama ini belum dilakukan. Saya hanya mengembalikan aturan yang lama. Karena saya menganggap itu yang benar.
Sekarang, kalau membeli barang harus sekalian sama pelurunya dan suku cadangnya. Jadi, anak-anak enggak boleh berpikir lagi, baru sekian bulan dipakai sudah rusak, enggak bisa diperbaiki. Pelatihan driver, gunner, pemimpin kendaraan, sampai teknik bertempur, manuver, dan montir. Itu masuk dalam perjanjian.